Senin, 10 Desember 2007

GLOBAL WARMING

Mungkin Anda menduga, udara yang akhir-akhir ini makin panas, bukanlah
suatu masalah yang perlu kita risaukan.

"Mana mungkin sih tindakan satu-dua makhluk hidup di jagat semesta bisa
mengganggu kondisi planet bumi yang mahabesar ini?" barangkali begitulah
Anda berpikir.

Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC)
mempublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya
sangat mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi
peningkatan suhu merata di seluruh
bagian bumi, antara 0,15 - 0,3o C. Jika peningkatan suhu itu terus
berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan
es
di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas,
pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun
akan meluas di seantero jagat. Udara akan sangat panas, jutaan orang
berebut air dan makanan. Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah
di
pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga

akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa
manusia.

Di Indonesia, gejala serupa sudah terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002, suhu
minimum kota Polonia (Sumatera Utara) meningkat 0,17o C per tahun.
Sementara, Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,87 o C
per
tahun. Tanda yang kasat mata adalah menghilangnya salju yang dulu
menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia , yaitu Gunung
Jayawijaya di Papua.

Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir
dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan.
Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm.
Jika
suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050
daerah-daerah
di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi
(seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya.

Dengan adanya gejala ini, sebagai warga negara kepulauan, sudah seharusnya
kita khawatir. Pasalnya, pemanasan global mengancam kedaulatan negara. Es
yang meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut lepas dan menyebabkan
permukaan laut bumi - termasuk laut di seputar Indonesia - terus meningkat.
Pulau-pulau kecil terluar kita bisa lenyap dari peta bumi, sehingga garis
kedaulatan negara bisa menyusut. Dan diperkirakan dalam 30 tahun mendatang
sekitar 2000 pulau di Indonesia akan tenggelam. Bukan hanya itu, jutaan
orang yang tinggal di pesisir pulau kecil pun akan kehilangan tempat
tinggal. Begitu pula asset-asset usaha wisata pantai.

Peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR),
menjelaskan, pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi
gelombang panjang matahari (disebut juga gelombang panas / inframerah)
yang
dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca adalah istilah
untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak bisa
menyebar). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer).
Penipisan
lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis
lapisan-lapisan teratas atmosfer, makin leluasa radiasi gelombang pendek
matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Pada gilirannya, radiasi
gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panas, sehingga kian
meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca tadi.

Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak (75%)
penyumbang emisi gas rumah kaca. Setiap kali kita menggunakan bahan bakar
fosil (minyak, bensin, gas alam, batubara) untuk keperluan rumah tangga,
mobil, pabrik, ataupun membakar hutan, otomatis kita melepaskan CO2 ke
udara. Gas lain yang juga masuk peringkat atas adalah metan (CH4,18%),
ozone (O3,12%), dan clorofluorocarbon (CFC,14%). Gas metan banyak
dihasilkan dari proses pembusukan materi organic seperti yang banyak
terjadi di peternakan sapi. Gas metan juga dihasilkan dari penggunaan BBM
untuk kendaraan. Sementara itu, emisi gas CFC banyak timbul dari sistem
kerja kulkas dan AC model lama. Bersama gas-gas lain, uap air ikut
meningkatkan suhu rumah kaca.

Gejala sangat kentara dari pemanasan global adalah berubahnya iklim.
Contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah memasuki
bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Menurut perkiraan,
dalam 30 tahun terakhir, pergantian musim kemarau ke musim hujan terus
bergeser, dan kini jaraknya berselisih nyaris sebulan dari normal. Banyak
orang menganggap, banjir besar bulan Februari lalu yang merendam lebih
dari
separuh DKI Jakarta adalah akibat dari pemanasan global saja. Padahal 35%
rusaknya hutan kota dan hutan di Puncak adalah penyebab makin panasnya
udara Jakarta . Itu sebabnya, kerusakan hutan di Indonesia bukan hanya
menjadi masalah warga Indonesia , melainkan juga warga dunia. Direktur
Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), mengatakan, Indonesia
pantas malu karena telah menjadi Negara terbesar ke-3 di dunia sebagai
penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan pembakaran lahan gambut
(yang diubah menjadi permukiman atau hutan industri). Jika kita tidak bisa
menyelamatkan mulai dari sekarang, 5 tahun lagi hutan di Sumatera akan
habis, 10 tahun lagi hutan Kalimantan yang habis, 15 tahun lagi hutan di
seluruh Indonesia tak tersisa. Di saat itu, anak-anak kita tak lagi bisa
menghirup udara bersih.

Jika kita tidak secepatnya berhenti boros energi, bumi akan sepanas planet
Mars. Tak akan ada satupun makhluk hidup yang bisa bertahan, termasuk
anak-anak kita nanti.

Cara-cara praktis dan sederhana 'mendinginkan' bumi :

1. Matikan listrik.
(jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan
standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak.
Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN
menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).

2. Ganti bohlam lampu ke jenis CFL, sesuai daya listrik.
Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).

3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).

4. Jika terpaksa memakai AC....
Tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya,
sekitar 21-24o C).

5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).

6. Alihkan panas limbah mesin AC
untuk mengoperasikan water-heater.

7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.

8. Jemur pakaian di luar.
Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang
banyak mengeluarkan emisi karbon.

9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).

10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).

11. Say no to plastic.
Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar.
Atau
Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.

12. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka
turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi.

"GOD hears more than u say, GOD answers more than u ask & GOD gives more than u desire ; realize it"

Jumat, 30 November 2007

Tips Belajar Efektif


1. Seorang teman dari Amerika memberi saran belajar yang dia dapat dari ayahnya. Hari pertama sekolah, ulang kembali pelajaran yang telah didapat. Setelah itu baca singkat dua halaman materi berikutnya buat cari kerangkanya saja. Begitu pelajaran tersebut diterangkan guru esoknya, kamu sudah punya gambaran atau dasarnya, tinggal menambahkan saja apa yang belum kamu tahu. Jadi begitu pulang sekolah, kamu hanya mengulang saja untuk mencari kesimpulan atau ringkasan.

2. Usahakan selalu konsentrasi penuh waktu mendengarkan pelajaran di sekolah. Materi yang kamu dengar bakal mudah dipanggil lagi begitu kamu menghapal ulang pelajaran.

3. Beberapa temanmu merekomendasikan untuk mengetik ulang catatan pelajaran ke dalam komputer. Logikanya, dengan mengetik ulang catatan berarti sama saja dengan membaca ulang pelajaran yang baru saja kamu dapat dari sekolah. Materi yang diulang tadi bisa tersimpan di memori otak buat jangka waktu yang lama. Lebih bagus lagi kalo kamu mau membaca kembali atau mempelajari catatan tersebut setelah diketik. Susah lupanya!

4. Cara lain adalah dengan membaca ulang catatan pelajaran kemudian buat kesimpulan dengan kata-katamu sendiri. Supaya dapat terpatri lama di memori, tulis kesimpulan kamu tadi di secarik kertas kecil seukuran kartu nama. Kartu-kartu tersebut efektif untuk mengulang dan membaca singkat kala senggang.

5. Teman lainnya menyarankan untuk selalu menggunakan buku catatan yang berbeda pada setiap mata pelajaran. Cara ini dinilai lebih teratur sehingga pada waktu ingin mengulang suatu pelajaran kita tidak perlu lagi harus membuka semua buku.

6. Mengulang pelajaran tidak selamanya harus dengan membaca atau menulis. Mengajari teman lain tentang materi yang baru diulang bisa membuatmu selalu ingat akan materi tersebut. Bagusnya lagi, kamu menjadi lebih paham akan materi tersebut.

7. Belajar mendadak menjelang tes memang tidak efektif. Paling nggak sebulan sebelum ulangan adalah masa ideal buat mengulang pelajaran. Materi yang banyak bukan masalah. Caranya : selalu buat ringkasan atau kesimpulan pada setiap pelajaran, kalau perlu pakai tabel atau gambar ilustrasi supaya mudah diingat.

8. Ada beberapa temanmu di Australia yang menyukai waktu belajar di siang hari. Maklum, badan masih segar setelah tidur cukup di malam hari, jadi semangat masih tinggi. Kondisi yang bagus tersebut tidak mereka sia-siakan begitu saja. Pagi mereka konsentrasi penuh pada pelajaran di kelas dan siangnya konsentrasi untuk mengulang kembali. Malam hari hanya mereka gunakan untuk mengerjakan aktifitas ringan atau pekerjaan rumah. Jadi tidak pernah ada kata begadang. Boleh juga tuh!

9. Kalau badan capek, bakal susah buat konsentrasinya. Beberapa temanmu menyarankan untuk libur dulu dari acara olah raga atau kegiatan fisik lainnya sehari menjelang ulangan umum.

10. Belajar sambil mendengarkan musik memang asik. Pilih musik yang tenang tapi menggugah. Musik klasik macam Beethoven ato Mozart bisa dicoba. Musik tipe ini cocok banget buat menemani kamu selama mengerjakan tugas yang jawabannya sudah pasti, kayak matematika, ilmu alam atau bahasa asing. Dijamin stamina belajarmu akan selalu berisi dan penuh semangat.


Memang bingung ya kalau semua orang saling memberitahu apa yang harus kamu kerjakan. Paling penting adalah utamakan prioritasmu sendiri. Karena biasanya kita menilai diri sendiri dari apa yang dirasakan, sedang orang lain hanya melihat dari apa yang telah kita hasilkan. Sementara apa yang bisa kita hasilkan hanya kita sendiri yang tahu. Jadi, buat target yang kamu percaya mampu meraihnya bukan apa yang dipikirkan orang lain. Begitu juga dengan cara belajar efektif, pilih cara baik mana yang paling pas dengan kondisimu.

Selasa, 13 November 2007

Tugas Resensi Buku

JUDUL BUKU : Evaluasi Program Pendidikan

PENGARANG : Prof.Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddi Abdul Jabar

PENERBIT : PT. Bumi Aksara

TEBAL HALAMAN : 152

ISI BUKU

Dalam buku ini dibahas bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidiK khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan keterampilan keguruan yang memadai dalam arti yang sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan sains dan teknologi. Diantara pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan juga calon guru adalah pengetahuan tentang kemampuan guru dalam mengevaluasi program pendidikan. Karena dalam setiap kegiatan yang termasuk kategori resmi dan besar misalnya kegiatan pendidikan, memerlukan satu langkah penting yang dikenal dengan istilah monitoring dan evaluasi, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian kegiatan dengan rancangan yang sudah disususn dan mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan. Karena suatu pendidikan akan dikatakan sempurna jika dalam prosesnya dilaksanakan suatu evaluasi, dengan menggunakan strategi yang tepat sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Evaluasi terhadap program program pendidikan juga dimaksudkan untuk mengetahuai tingkat keberhasilan atau kegagalan suatu program pendidikan dan hasil evaluasi dapat dijadikan informasi sebagai masukan untuk menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan.

Kandungan pokok buku ini terdiri atas dua macam yaitu:

  • Evaluasi, dan
  • Program.

Hal tersebut dijadikan intisari dalam pembahasan buku ini mengingat peranannya yang sangat vital dalam setiap proses pengajaran baik dalam satuan pendidikan sekolah maupun satuan pendidikan luar sekolah.
Dalam buku ini juga ditulis berbagai hal yang berkaitan dengan evaluasi program pendidikan. Diawali dengan bab pertama yang membahas mengenai konsep dasar evaluasi program, bab selanjutnya mengenai konsep dasar evaluasi program, bab selanjutnya mengkaji tentang model dan rancangan evaluasi program, perencanaan dan pelaksanaan evaluasi program dan lain-lain.

KELEBIHAN:
Buku ini sangat cocok sekali dibaca dan dipelajari oleh semua civitas akademika pendidikan baik guru, dosen maupun mahasiswa khususnya fakultas Tarbiyah yang telah menduduki semester akhir, karena mau tidak mau seorang guru itu dituntut untuk menguasai tentang kemampuannya dalam mengevaluasi agar dapat mencapai suatu tujuan. Dalam buku ini juga ditulis rangkuman-rangkuman pada akhir bab nya, sehingga memudahkan bagi pembaca untuk mengetahui gambaran materi yang akan dipelajari. Sehingga pembaca mempunyai pengetahuan awal sebelum membaca lebih dalam.

KELEMAHAN:
Mengingat materi ini sangat penting peranannya dalam bidang pendidikan, maka materi-materi yang terkandung dalam buku ini kurang banyak pembahasannya. Disamping itu menurut saya penggunaan bahasa dalam buku ini sulit dipahami karena banyak ditulis istilah-istilah asing yang menghambat pemahaman.

SARAN:
Menurut saya sebaiknya materi ini dibahas lebih rinci dan spesifik agar lebih mudah dalam memahami materi ini. Disamping itu juga sebaiknya bahasa yang digunakan pun lebih sederhana agar para pembaca lebih mudah dalam mencerna kandungan pokok buku ini.

Selasa, 06 November 2007

Tugas Evaluator Pendidikan

SYARAT-SYARAT EVALUATOR

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang sebaik-baiknya, bagi para evaluator program dituntut adanya syarat-syarat tertentu:

1. Memahami Materi, yaitu memahami hakikat seluk beluk program yang dievaluasi, antara lain:

a. tujuan program yang sudah ditentukan sebelum mulai kegaiatan

b. komponen-komponen program

c. variabel yang diuji-cobakan atau dilaksanakan

d. jangka waktu dan penjadwalan kegiatan

e. mekanisme pelaksanaan program

f. pelaksanaan program

g. sistem monitoring kegiatan program

2. Menguasai Teknik, yaitu menguasai cara-cara atau teknik-teknik yang digunakan yang digunakan di dalam melaksanakan evaluasi program. Oleh karena evaluasi program tidak lain adalah penelitian evaluasi, maka evaluator program harus menguasai metodologi penelitian, meliputi:

a. cara membuat perencanaan penelitian

b. teknik menetukan populasi dan sampel

c. teknik menyusun instrument penelitaian

d. prosedur dan teknik pengumpulan data

e. penguasaan teknik pengolahan data

f. cara menyusun laporan penelitian

Untuk metodologi yang terakhir ini evaluator program harus menguasai sesuatu yang lebih dibandingkan dengan penelitan karena apa yang disampaikan akan sangat menentukan kebijaksanaan yang kadang-kadang risikonya sangat besar.

3. Objektif Dan Cermat, tim evaluator adalah sekelompok orang yang mengemban tugas yang dalam tugasnya ditopang oleh data yang dikumpulkan secara cermat dan objektif. Berdasarkan atas data tersebut maka diharapkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan, mengolah dan sebagainya secara cermat dan objektif pula. Khususnya di dalam menentukan pengambilan strategi penyusunan laporan, evaluator tidak boleh memandang satu atau dua aspek sebagai hal yang yang istimewa, dan tidak boleh pula memihak. Baik pelaku evaluasi dari dalam ekstern (terutama yang dibayar!) tidak dibeanrkan “mengambil muka” dari orang/lembaga yang meminta bantuan atau menugaskannya untuk mengevaluasi.

4. Jujur Dan Dapat Dipercaya, tim evaluasi merupakan tim kepada siapa pengambil keputusan menumpahkan seluruh kepercayaannya padanya. Mengapa pengambil keputusan minta tolong untuk mengevaluasi program yang dipandang penting untuk dievaluasi? Alasannya ada dua hal:

(a) Mereka menghindar adanya bias (kesalahan pengamatan atau kesalan persepsi) dan

(b) Dalam mempertanggungjawabkan tindakannya kepada masyarakat luas, tidak akan ada rasa “risih” karena adanya kemungkinan tidak jujur.

Atas dasar alasan penyerahan tugas mengevaluasi tersebut kepada evaluator, maka menjadi suatu beban mental yang berat pada tim evaluator untuk tidak menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Sebagai timbal baliknya mereka harus dapat menunjukkan tingkat keterpercayaan yang tinggi kepada pemberi tugas.

Namun ada pendapat lain tentang syarat-syarat seorang evaluator, yaitu di antaranya:

1. Mampu melaksanakan, persyaratan pertama yang harus dipenuhi oleh evaluator adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan praktik.

2. Cermat, dapat melihat celah-celah dan detail dari program serta bagian program yang akan dievaluasi.

3. Objektif, tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi, agar dapat mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengambil kesimpulan sebagaimana diatur oleh ketentuan yang harus diikuti.

4. Sabar dan tekun, agar di dalam melaksanakan tugas dimulai dari membuat rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan menyusun laporan, tidak gegabah dan tergesa-gesa.

5. Hati-hati dan bertanggung jawab, yaitu melakukan pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat, berani menanggung resiko atas segala kesalahannya.

Menentukan asal evaluator harus mempertimbangkan keterkaitan orang yang bersangkutan dengan program yang akan dievaluasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut evaluator dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu Evaluator Eksternal dan Evaluator Internal.

  • Evaluator Internal (Evaluasi Dalam), yang dimaksud dengan Evaluator Dalam adalah petugas evaluasi program yang sekaligus merupakan salah seorang dari petugas atau anggota pelaksana program yang evaluasi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari evaluator dalam yaitu:

Kelebihan :

1. Evaluator memahami betul program yang akan dievaluasi sehingga kekhawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya sasaran tidaka perlu ada. Dengan kata lain, evaluasi tepat pada sasran.

2. Karena evaluator adalah orang dalam, pengambil keputusan tidak perlu banyak mengeluarkan dana untuk membayar petugas evaluasi.

Kekurangan :

1. Adanya unsur subyektivitas darievaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek positif dari program yang dievaluai dan menginginkan agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat dikhwatirkan akan bertindak subjektif.

2. Karena sudah memahami seluk-beluk program, jika evaluator yang ditunjuk kurang sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehingga kurang cermat.

  • Evaluator Eksternal ( Evaluator Luar ), yang di maksud dengan evaluator luar adalah orang-orang yang tidak terkait dengan kebijakan dan implementasi program. Mereka berada diluar dan diminta oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program atau keterlaksanaan kebijakan yang sudah diputuskan. Melihat bahwa status mereka berada di luar program dan dapat bertindak bebas sesuai dengan keinginan mereka sendiri maka tim evaluator luar ini biasa dikenal dengan nama tim bebas atau independent team.

Kelebihan :

1. Oleh karena tidak berkepentingan atas keberhasilan program maka evaluator luar dapat bertindak secara objektif selama melaksanakan evaluasi dan mengambil kesimpulan. Apapun hasil evaluasi, tidak akan ada respons emosional dan evaluator karena tidak ada keinginan untuk melibatkan bahwa program tersebut berhasil. kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan.

2. Seorang ahli yang dibayar, biasanya akan mempertahankan kredibilitas kemampuannya. Dengan begitu, evaluator akan bekerja secara serius dan hati-hati.

Kekurangan :

1. Evaluator luar adalah orang baru, yang sebelumnya tidak mengenal kebijakan tentang program yang akan dievaluasi. Mereka berusaha mengenal dan mempelajari seluk beluk program tersebut setelah mendapat permintaan untuk mengevaluasi. Mungkin sekali pada waktu mendapat penjelasan atau mempelajari isi kebijakan, ada hal-hal yang kurang jelas. hal itu wajar karena evaluator tidak ikut dalam proses kegiatannya. dampak dari ketidakjelasan pemahaman tersebut memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat.

2. Pemborosan, pengambil keputusan harus mengeluarkan dana yang cukup banyak untuk membayar evaluator bebas.

Adapun perbedaan yang menonjol antara evaluator luar dan evaluator dalam adalah adanya satu langkah penting sebelum mereka mulai melaksanakan tugas. oleh karena evaluator luar adalah pihak asing yang tidak tahu-menahu dan tidak berkepentingan dengan program, yang diasumsikan belum memahami seluk-beluk program maka terlebih dahulu tim tersebut perlu mempelajari program yang akan dievaluasi.

Hal-hal yang harus dipelajari oleh seorang evaluator meliputi tujuan program, komponen program, siapa pelaksananya dan pihak-pihak mana yang terlibat, kegiatan apa saja yang sudah terlaksana dan gambaran singkat tentang sejauh mana tujuan program sudah dicapai.

Selasa, 30 Oktober 2007

Konsorsium Stanford

Perkembangan internet berawal dari diperkenalkannya telepon komersial pada

tahun 1877, disusul tahun 1915 para peneliti berhasil membuat percakapan telepon

antar benua yang pertama yaitu dari New York ke San Fransisco. Tahun 1927 AT&T

membangun telepon transatlantik komersial di London menggunakan radio dua arah.

Tahun 1957 tepatnya tanggal 4 Oktober Uni Soviet meluncurkan Sputnik yang

merupakan satelit bumi yang pertama kalinya diluncurkan. Menindaklanjuti

diluncurkannya Sputnik pada tahun 1958 Departemen Amerika Serikat mendirikan

ARPA (Advenced Research Projects Agency) untuk mengarahkan proyek dalam

bidang riset dan pengembangan. Pada tahun 1960 satelit komunikasi Echo mulai

diluncurkan dan pada bulan Maret diterbitkan Man-Computer Symbiosis oleh Joseph

Licklider.

Tahun 1962 ATT mulai menjual modem komersial yang pertama yaitu Bell 103,

modem tersebut mempunyai kecepatan 300 bit per detik atau 300 baud. Pada tahun

ini mulai diterbitkan On-Line Man-Computer Communication yang membahas

konsep tentang Galactic Network yang memungkinkan orang untuk mengakses data

dari sembarang situs yang dihubungkan melalui jaringan besar.

Tahun 1965 Ted Nelson mencetuskan istilah “hypertext” yang kemudian tercipta

sebuah perintah Mail.

Tahun 1968 DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency) bekerja

sama dengan BBN (Bolt, Beranek & Newman) untuk membuat ARPAnet (US

Defense Advanced Research Projects Agency) atau Departemen Pertahanan

Amerika. Tahun 1969 jaringan tersebut kemudian dipergunakan untuk keperluan

penelitian oleh perguruan tinggi yang dimulai oleh University of California, Stanford

Research Institute dan University of Utah. Penelitian ini berupa pembuatan jaringan

komputer yang tersebar untuk menghindarkan terjadinya informasi terpusat, yang

apabila terjadi perang dapat mudah dihancurkan. Jadi bila satu bagian dari

sambungan network terganggu dari serangan musuh, jalur yang melalui sambungan

itu secara otomatis dipindahkan ke sambungan lainnya. Setelah itu Internet

digunakan oleh kalangan akademis (UCLA) untuk keperluan penelitian dan

pengembangan teknologi.

Tahun 1980-an, ARPANET terpecah menjadi dua jaringan, yaitu ARPANET

dan Milnet (sebuah jaringan militer), akan tetapi keduanya mempunyai hubungan

sehingga komunikasi antar jaringan tetap dapat dilakukan. Pada mulanya jaringan

interkoneksi ini disebut DARPA Internet, tapi lama-kelamaan disebut sebagai

Internet saja. Sesudahnya, internet mulai digunakan untuk kepentingan akademis

dengan menghubungkan beberapa perguruan tinggi.

Tahun 1986 internet mulai dipergunakan secara bebas serta terbuka untuk

kalangan umum. Pada tahun ini lahir NSFNET (National Science Foundation

Network) yang dapat menghubungkan para periset di seluruh negeri dengan 5 buah

pusat super komputer. Jaringan ini kemudian berkembang untuk menghubungkan

berbagai jaringan akademis lainnya yang terdiri atas universitas dan konsorsium-

konsorsium riset. NSFNET kemudian mulai menggantikan ARPANET sebagai

jaringan riset utama di Amerika tepatnya pada bulan Maret 1990 ARPANET secara

resmi dibubarkan. Saat NSFNET dibangun, berbagai jaringan internasional didirikan

dan dihubungkan ke NSFNET. Australia, negara-negara Skandinavia, Inggris,

Perancis, jerman, Kanada dan Jepang segera bergabung kedalam jaringan ini.

Sebelum terciptanya WWW (World Wide Web) internet hanya berupa layanan

berbasis teks (email/message) dan layanan yang mirip dengan WWW yaitu Gopher,

baru kemudian tahun 1992 WWW (World Wide Web) mulai diluncurkan oleh

CERN (Laboratorium Fisika Partikel di Swiss) dengan nama awalan Viola.

Pada tahun 1993 ketika InterNIC didirikan untuk menjalankan layanan

pendaftaran domain. Bersamaan dengan itu, Gedung Putih (White House) mulai

online di Internet dan pemerintah Amerika Serikat meloloskan National Information

Infrastructure Act. Penggunaan internet secara komersial dimulai pada 1994

dipelopori oleh perusahaan Pizza Hut, dan Internet Banking pertama kali

diaplikasikan oleh First Virtual. Setahun kemudian, Compuserve, America Online,

dan Prodigy mulai memberikan layanan akses ke Internet bagi masyarakat umum.

Tahun 1994 Indonesia baru dapat tersambung dengan layanan internet

komersial.Perguruan tinggi yang pertama kali menggunakan internet adalah

Universitas Indonesia melalui gateway yang menghubungkan universitas dengan

network di luar negeri.

Tahun 1995 sudah diperkirakan lebih dari 27 juta penduduk yang menjadi

pengguna internet. Tahun 1999 diperkirakan pengguna internet mencapai 195 juta

orang. Tahun 2001 pengguna internet mencapai 2,4 juta orang. Tahun 2003 sejumlah

502 juta orang. Tahun 2004 jumlah pengguna internet mencapai 4,2 juta.Tahun 2005

diperkirakan 1 miliar penduduk akan tersambung ke internet bahkan sampai 5 juta

per orang.

Pada tahun ini kemajuan internet kian pesat. Banyak orang dari berbagai

kalangan mulai menggunakannya. Baik itu dari kalangan orang dewasa dan anak-

anak. Sekelompok orang yang mengendalikan internet sedang mencoba untuk

membuat TCP/IP baru yang dapat menyediakan miliaran alamat.

Jumat, 28 September 2007

Tugas 4 Validity

KONSEP VALIDITAS


Menurut Azwar (1986) para ahli psikometri telah menetapkan kriteria bagi suatu alat ukur psikologis untuk dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang tidak menyesatkan. Kriteria itu antara lain adalah valid, reliabel, norma dan praktis.


Sifat reliabel dan valid diperlihatkan oleh tingginya reliabilitas dan validitas hasil ukur suatu tes. Suatu alat ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan memberikan informasi yang keliru mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes itu. Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar atau tidak dengan sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan, maka keputusan itu tentu bukan merupakan suatu keputusan yang tepat.


Seringkali pula keputusan itu tidak menyangkut individu secara langsung akan tetapi mengenai suatu kelompok. Dalam berbagai studi dan penelitian tidak jarang dipergunakan alat ukur untuk mengetahui keadaan atau status psikologis sekelompok individu tertentu.

Berikut ini akan dibahas antara lain adalah pengertian validitas, koefisien validitas, dan tipe-tipe umum pengukuran validitas.


1. Pengertian Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 1986).

Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.

Terkandung di sini pengertian bahwa
ketepatan pada validitas suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai variabel A' atau bahkan B, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel A dan tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A' atau B (Azwar 1986).

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang
cermat mengenai data tersebut.

Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-­kecilnya di antara subjek yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dalam bidang pengukuran aspek fisik, bila kita hendak mengetahui berat sebuah cincin emas maka kita harus menggunakan alat penimbang berat emas agar hasil penimbangannnya valid, yaitu tepat dan cermat. Sebuah alat penimbang badan memang mengukur berat, akan tetapi tidaklah cukup cermat guna menimbang berat cincin emas karena perbedaan berat yang sangat kecil pada berat emas itu tidak akan terlihat pada alat ukur berat badan.

Menggunakan alat ukur yang dimaksudkan untuk mengukur suatu aspek tertentu akan tetapi tidak dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti akan menimbulkan kesalahan atau eror. Alat ukur yang valid akan memiliki tingkat kesalahan yang kecil sehingga angka yang dihasilkannya dapat dipercaya sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan sebenarnya (Azwar 1986).

Pengertian validitas juga sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Dengan demikian, anggapan valid seperti dinyatakan dalam "alat ukur ini valid" adalah kurang lengkap. Pernyataan valid tersebut harus diikuti oleh keterangan yang menunjuk kepada tujuan (yaitu valid untuk mengukur apa), serta valid bagi kelompok subjek yang mana?

Istilah validitas ternyata memiliki keragaman kategori. Ebel (dalam Nazir 1988) membagi validitas menjadi:

a. Concurrent Validity

adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja.

b. Construct Validity

adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.

c. Face Validity

adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.

d. Factorial Validity

dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.

e. Empirical Validity

adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.

f. Intrinsic Validity

adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

g. Predictive Validity

adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.

h. Content Validity

adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.

i. Curricular Validity

adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.


Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga yaitu
content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria).


2. Tipe-tipe Umum Pengukuran Validitas


Tipe validitas sebagaimana disajikan sebelumnya, pada umumnya digolongkan dalam tiga kategori, yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria).

1) Validitas Isi

Validitas isi merupakan validitas yang diperhitumgkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah "sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?" atau berhubungan dengan representasi dari keseluruhan kawasan.

Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan isi" tidak saja menunjukkan bahwa alat ukur tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.

Walaupun isi atau kandungannya komprehensif tetapi bila suatu alat ukur mengikutsertakan pula item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka validitas alat ukur tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang sesungguhnya.

Apakah validitas isi sebagaimana dimaksudkan itu telah dicapai oleh alat ukur, sebanyak tergantung pada penilaian subjektif individu. Dikarenakan estimasi validitas ini tidak melibatkan komputasi statistik, melainkan hanya dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan sependapat dan sepaham dengan sejauhmana validitas isi suatu alat ukur telah tercapai.

Selanjutnya, validitas isi ini terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical validity (validitas logis).

Face Validity (Validitas Muka). Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi.

Dengan alasan kepraktisan, banyak alat ukur yang pemakaiannya terbatas hanya mengandalkan validitas muka. Alat ukur atau instrumen psikologi pada umumnya tidak dapat menggantungkan kualitasnya hanya pada validitas muka. Pada alat ukur psikologis yang fungsi pengukurannya memiliki sifat menentukan, seperti alat ukur untuk seleksi karyawan atau alat ukur pengungkap kepribadian (asesmen), dituntut untuk dapat membuktikan validitasnya yang kuat.

Logical Validity (Validitas Logis). Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur.

Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit. Batasan perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikatnya item-item yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai bagian dari alat ukur yang bersangkuatan.

Validitas logis memang sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blue-print atau tabel spesifikasi.

2) Validitas Konstruk

Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana alat ukur mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diukurnya (Allen & Yen, dalam Azwar 1986).

Pengujian validitas konstruk merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur.

Walaupun pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis statistik yang lebih kompleks daripada teknik yang dipakai pada pengujian validitas empiris lainnya, akan tetapi validitas konstruk tidaklah dinyatakan dalam bentuk koefisien validitas tunggal.

Konsep validitas konstruk sangatlah berguna pada alat ukur yang mengukur trait yang tidak memiliki kriteria eksternal.

3) Validitas Berdasar Kriteria

Pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor alat ukur. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor alat ukur.


Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara skor alat ukur dengan skor kriteria. Koefisien ini merupakan koefisien validitas bagi alat ukur yang bersangkutan, yaitu r
xy, dimana x melambangkan skor alat ukur dan y melambangkan skor kriteria.
Dilihat dari segi waktu untuk memperoleh skor kriterianya, prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas yaitu validitas prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity).

Validitas Prediktif. Validitas prediktif sangat penting artinya bila alat ukur dimaksudkan untuk berfungsi sebagai prediktor bagi kinerja di masa yang akan datang. Contoh situasi yang menghendaki adanya prediksi kinerja ini antara lain adalah dalam bimbingan karir; seleksi mahasiswa baru, penempatan karyawan, dan semacamnya.

Contohnya adalah sewaktu kita melakukan pengujian validitas alat ukur kemampuan yang digunakan dalam penempatan karyawan. Kriteria yang terbaik antara lain adalah kinerjanya setelah ia betul-betul ditempatkan sebagai karyawan dan melaksanakan tugasnya selama beberapa waktu. Skor kinerja karyawan tersebut dapat diperoleh dari berbagai cara, misalnya menggunakan indeks produktivitas atau rating yang dilakukan oleh atasannya.

Koefisien korelasi antara skor alat ukur dan kriteria merupakan petunjuk mengenai saling hubungan antara skor alat ukur dengan skor kriteria dan merupakan koefisien validitas prediktif. Apabila koefisien ini diperoleh dari sekelompok individu yang merupakan sampel yang representatif, maka alat ukur yang telah teruji validitasnya akan mempunyai fungsi prediksi yang sangat berguna dalam prosedur alat ukur di masa datang.

Prosedur validasi prediktif pada umumnya memerlukan waktu yang lama dan mungkin pula biaya yang tidak sedikit dikarenakan prosedur ini pada dasarnya bukan pekerjaan yang dianggap selesai setelah melakukan sekali tembak, melainkan lebih merupakan kontinuitas dalam proses pengembangan alat ukur. Sebagaimana prosedur validasi yang lain, validasi prediktif pada setiap tahapnya haruslah diikuti oleh usaha peningkatan kualitas item alat ukur dalam bentuk revisi, modifikasi, dan penyusunan item-item baru agar prosedur yang dilakukan itu mempunyai arti yang lebih besar dan bukan sekedar pengujian secara deskriptif saja.

Validitas Konkuren. Apabila skor alat ukur dan skor kriterianya dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara kedua skor termaksud merupakan koefisien validitas konkuren.

Suatu contoh dimana validitas konkuren layak diuji adalah apabila kita menyusun suatu skala kecemasan yang baru. Untuk menguji validitas skala tersebut kita dapat mengunakan skala kecemasan lain yang telah lebih dahulu teruji validitasnya, yaitu dengan alat ukur TMAS (Tylor Manifest Anxiety Scale).

Validitas konkuren merupakan indikasi validitas yang memadai apabila alat ukur tidak digunakan sebagai suatu prediktor dan merupakan validitas yang sangat penting dalam situasi diagnostik. Bila alat ukur dimaksudkan sebagai prediktor maka validitas konkuren tidak cukup memuaskan dan validitas prediktif merupakan keharusan.

Selasa, 25 September 2007

Tugas 3 Format Raport

Nama Murid : Mas Niroh Kelas : I C

Nomor Induk : 07081004 Semester : II

Nama Sekolah : SDN 1 Kapuk Tahun Pelajaran: 2006/2007

Alamat Sekolah: Jl. Kapuk Gang Masjid

No.

Mata Pelajaran

Nilai


Prestasi Hasil Belajar

Rata-rata Kelas


1.

Pendidikan Agama

Teori

7,00

6,70


Praktik

6,00

6,30


2.

Pendidikan

Kewarganegaraan

dan Pengetahuan Sosial

Penguasaan Konsep

7,00

7,00


Keterampilan Sosial

7,00

6,70


Sikap Sosial

7,00

6,60


3.

Bahasa Indonesia

Membaca

7,00

6,80


Menulis

7.50

7,00


Berbicara

7,00

6,70


Mendengarkan

7,00

6,90


Apresiasi Sastra

6,50

6,40


4.

Matematika

Berhitung / Bilangan

7,50

6,60


Geometris dan Pengukuran

7,00

6,30


Pengelolaan Data

7,00

6,20


5.

Pengetahuan Alam

Penguasaan Konsep

8,00

6,70


Keterampilan Pengetahuan Alam

7,00

6,80


Sikap Ilmiah

7,00

6,60


6.

Kerajinan Tangan dan Kesenian

Rupa

7,00

6,90


Musik

6,0

6,30


Tari

6,00

6,10


Kerajinan

7,00

7,10


7.

Pendidikan Jasmani

Permainan dan Olah Raga

7,00

6,90


Pengembangan Diri

7,50

7,10


Senam

7,00

6,90


Pilihan ……………

-

-


8.

Muatan Lokal


-

-



6,00

6,20



a. Bahasa Inggris


b. …………………





Jumlah.


173




Kegiatan Ekstrakurikuler

Nilai

1. Pramuka

B

2. ………................


3. ….....................



Mengetahui ……….., …………………

Kepala Sekolah, Orang Tua/Wali

(Fithriah Muthmainnah) (Nurhasnah Zuhal)



Nama Murid : Mas Niroh Kelas : I C

Nomor Induk : 07081004 Semester : II

Nama Sekolah : SDN 1 Kapuk Tahun Pelajaran: 2006/2007

Alamat Sekolah: Jl. Kapuk Gang Masjid



Pengembangan Diri dan Kebiasaan

N I L A I (*)

1. Kedisiplinan dan Tanggung Jawab

B

2. Kebersihan dan Kerapian

B

3. Kerjasama

C

4. Kesopanan

B

5. Kemandirian

B

6. Kerajianan

A

7. Kejujuran

B

8. Kepemimipinan

C

9. Ketaatan

A

10. ……………………………



Ketidakhadiran

Jumlah Hari

1. Sakit

-

2. Izin

1

3. Tanpa Keterangan

1


CATATAN :

……………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………….……………..

……………………………………………………………………………………………………..…….

…………………………………………………………………………………………………..……….

………………………………………………………………………………………………..………….

……………………………………………………………………………………………..…………….

…………………………………………………………………………………………..……………….

Diberikan : Keputusan :

Tanggal : Berdasarkan hasil yang dicapai

pada semester I dan 2 maka siswa

ini ditetapkan :

Guru Kelas, Naik ke kelas : ……….. (…..)

Tinggal di kelas : ……….. (…..)

(………………………….)

NIP.

(*) Tuliskan nilai huruf yang sesuai